PENILAIAN
PEMBELAJARAN PAI
MAKNA
SKOR DALAM PENGUKURAN
(Mohamad
Najib)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan
menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian
ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam
instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel
yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi
ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan
diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau
kapasitas. Pengukuran adalah proses pemberian angka-anagka atau label kepada
unit analisis untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep.
- Rumusan Masalah
1. Pengertian Skor
2. Skala Pengukuran dan Instrumen Penilaian
3. Perbedaan Skor dan Nilai
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Skor
Performasi
individu, yang diungkap oleh suatu skala pengukuran atau tes psikologis,
dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor (scores). Skor tidak lain dari pada harga suatu jawaban terhadap
pertanyaan dalam tes, meskipun tidak sempurna, merupakan representasi dari
suatu atribut laten. Adapun skor yang diperoleh dari pengukuran dan belum
diolah baisanya disebut dengan skor tampak bersimbol X. Dan setiap indivudu akan memperoleh
skor sesungguhnya. Skor sesungguhnya adalah skor performansi yang benar dan
merupakan representasi murni dari atribut latenskor ini bisa dilambangkan
dengan huruf T. Dan sebagai sertaan hasil skor pengukuran, diteorikan pula
adanya skor eror (orror) yang besarnya bagi juga tidak dapat diketahui,
komponen eror bisa disimbolka n dengan ;ambang huruf E. Hubungan antara eror
pengukuran dan skor murni diuraikan oleh ALLEN & YEN (1979) Dalam beberapa
Asumsi berikut :
1.
ASUMSI 1 : X
= T + E
Hubungan
antara skor tampak – skor murni- skor eror. Yaitu, besarnta skor tampak X
ditentukan bersama oleh besarnya skor murni T dan besarnya eror pengukuran E.
Contoh : Si
A dites IQ
Memperoleh
skor murni (T) 104 , X 110, maka hasil pengukurannya mengandung E = +6 .
Jadi
besarnya skor tampak X akan tergantung antara lain pada besarnya eror
pengukuran e, sedangkan besarnya skor murni bagi bagi setiap individu pada
setiap pengulangan pengukuran yang sama diasumsikan sebagai tetap.
2.
ASUMSI 2 : έ(X) = T
Asumsi ini
menyatakan bahwa Skor murni T
merupakan nilai harapan X (expected value of X) yaitu έ(X). Jadi T merupakan hagra rata-rata dari distribusi teoritik skor X apabila
orang yang sama dikenai tes yang sama berulang kali dengan asumasi pengulangan
tes ini dilakukan tidak terbatas banyaknya sedangkan setiap pengulangan tes
adalah independen satu sama lain.
3.
ASUMSI 3 : Pet = 0
Asumsi ini
menyatakan bahwa bagi suatu kelompok populasi subjek yang dikenai tes
distribusi eror pengukuran E dan distribusi skor murni T tidak berkorelasi satu
sama lain. Variasi eror tidak tegantung pada variasi skor murni.
4.
ASUMSI 4 : Pe1e2 = 0
Asumsi ini
menyatakan bahwa bila E1dan
E2 tidak berkorelasi satu sama laen .Artinya besarnya eor pada suatu tes tidak
tergantung pada eror pada tes lain
5.
ASUMSI 5 : Pe1t2 = 0
Asumsi ini
menyatakan bahwa eor pada suatu tes tidak berkorelasi dengan skor murni pada
tes lain. Artinya, eror pada suatu tes tidak tergantung pada skor murni
di tes lain.
6.
ASUMSI 6 : T
= T
Dua tes
disebut pararel satu sama lain apabila skor murni dari setiap subjek yang
adalah sama pada kedua tes tersebut
REALIBILITAS DAN SKOR
PENGUKURAN
Allen &
Yen (1979) menguraikan enam cara untuk menginterpretasikan koefisien
relibilitas tes :
1.
Interpretasi
1
Pxx = korelasi skor tampak antara dua tes yang
pararel.
Interpretasi
mengatakan bahwa realibilitas tes ditentukan oleh sejauh mana distribusi skor
tampak pada suatu tes yang pararel berkorelasi
2.
Interpretasi
2
Pxx² = besarnya proporsi varians yang dijelaskan
oleh hubungan liniernya dengan X
Interpretasi
mengatakan bahwa besarnya kuadrat koefisien realibilitas dapat diartikan
seabagi besarnya proporsi varians suata tes yang dapat dijelaskan oleh variasi
skor pada tes lain yang pararel dengannya.
3.
Interpretasi
3
Pxx = όt² / όt²
Bahwa
koefisien relibilitas merupakan perbandingan antara varians skor murni dan
varians skor tampak pada suatu tes
4.
Interpretasi
4
Pxx = Pxt²
Koefisien
relibilitas merupakan kuadrat koefisien korelasi antara skor tampak dan skor
murni, ada fakta bahwa koefisien korelasi antara skor suatu tes dengan skor
pada tes atau variabel lain tidak akan lebih tinggi dari pada koefisien
korelasi skor tampak tes itu dengan skor murninya sendiri.
5.
Interpretasi
5
Pxx = 1 ~ Pxe²
Bahwa
koefisien relibilitas adalah sama dengan datu dikurangi oleh kuadrat koefisien
korelasi antara skor-tampak dengan eror pengukuran. Semakin besar korelasi
antara skor tampak dan eror pengukuran, akan semakin kecil koefisien
realibitasnya.
6.
Interpretasi
6
Pxx = 1 . όe² / όx²
Bahwa
derajat heterogensi skor subjek yang ditunjukan oleh besarnya
όx² mempunyai pengaruh penting terhadap
koefisien relibilitas. Dibawah asumsi varians eror tetap, tinggi rendahnya
koefisien relibilitas akan tergantung pada besar kecilnya varians skor tampak
dari kelompok subjek yang bersangkutan.
- Skala Pengukuran dan Instrumen Penilaian[1]
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas “sesuatu”.Kata “sesuatu” bisa berarti peserta
didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dll. Dalam proses
pengukuran tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes).
Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan
reliabilitas yang tinggi.
Pengukuran menurut Arikunto dan Jabar (2004) adalah
kegiatan membanding suatu hal dengan suatu ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau
kapasitas. Pengukuran adalah proses pemberian angka-anagka atau label kepada
unit analisis untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep.
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti
akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen
penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian
junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang
dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen
penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan
data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala
mligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg
bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat
dengan skala mm, dan akam menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan
mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka
variabel yang akan diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya
berat emas 20 gram, berat besi 200 kg, suhu badan orang yang sehat 370, EQ
seorang 210.
Ada beberapa macam teknik skala yang
bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala
Guttmann, Skala Bogardus, Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala
Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala tersebut bila
digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini
tergantung pada bidang yang akan diukur.
1.
Macam-Macam Skala
a.
Pengukuran
Skala Pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
• Macam-macam Skala Pengukuran
1)
Skala Nominal : adalah skala
pengukuran yang menyatakan kategori atau kelompok dari suatu subyek.
Contoh jenis kelamin responden. Laki-laki = 1 ; Wanita = 2
Contoh jenis kelamin responden. Laki-laki = 1 ; Wanita = 2
2)
Skala Ordinal : adalah skala
pengukuran yang meyatakan kategori sekaligus melakukan rangking terhadap
kategori.
Contoh : kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral.
Contoh : kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral.
Merek
Air Mineral Rangking
• Aquana 1
• Aquaria 2
• Aquasan 3
• Aquasi 4
• Aquana 1
• Aquaria 2
• Aquasan 3
• Aquasi 4
3)
Skala Interval merupakan skala
pengukuran yang banyak digunakan untuk
mengukur fenomena/gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu
mengukur fenomena/gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu
• Skala Linkert.
• Skala Guttman.
• Rating Scale.
• Semantic Defferential.
4)
Skala Linkert : digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :
Preferensi :
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :
Preferensi :
a.
Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat
Positif
b.
Setuju 2.Sering 2. Positif
c.
Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3.
Netral
d.
Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah
4. Negatif
e.
Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah
5.Sangat Negatif
Untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya : sangat setuju/setuju/sangat
positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan
seterusnya.
Macam-Macam Skala Pengukuran
•
Skala Gutmann :suatu pengukuran untuk memperoleh jawaban responden yang
tegas, yaitu : “ya-tidak” ; “pernah-tidak pernah”
“positif-negatif”; “setuju-tidak setuju” Contoh :
Bagaimana pendapat anda, bila Tn X menjabat pimoinan di
perusahaan ini ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
• Sematic Defferential :suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis
dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan jawaban
sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
• Rating Scale : suatu skala pengukuran dimana responden menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang disediakan.
• Skala Rasio : adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol.
tegas, yaitu : “ya-tidak” ; “pernah-tidak pernah”
“positif-negatif”; “setuju-tidak setuju” Contoh :
Bagaimana pendapat anda, bila Tn X menjabat pimoinan di
perusahaan ini ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
• Sematic Defferential :suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis
dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan jawaban
sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
• Rating Scale : suatu skala pengukuran dimana responden menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang disediakan.
• Skala Rasio : adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol.
2.
Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam misalnya :
panasèCalorimeter; suhu è termometer; panjang èmistar (meteran) dan
sebagainya. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
panasèCalorimeter; suhu è termometer; panjang èmistar (meteran) dan
sebagainya. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur
fenomena sosial umumnya dan
bidang ekonomi dan bisnis khususnya yang sudah baku sulit ditemukan.
Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian. Misalnya bentuk instrumen : 1)Checklist 2)Pilihan Ganda 3) Rating Scale.
bidang ekonomi dan bisnis khususnya yang sudah baku sulit ditemukan.
Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian. Misalnya bentuk instrumen : 1)Checklist 2)Pilihan Ganda 3) Rating Scale.
Bentuk instrumen yang dipilih antara
lain tergantung pada metode
pengumpulan data yang akan digunakan seperti : angket (kuesioner),
observasi dan wawancara (interview).
pengumpulan data yang akan digunakan seperti : angket (kuesioner),
observasi dan wawancara (interview).
- Perbedaan Skor dan Nilai
Didasarkan atas
pertimbangan bahwa kadang-kadang orang menganggap bahwa skor itu sama dengan
nilai, padahal pengertian seperti itu belum tentu benar. Skor adalah hasil
pekerjaan menyekor (= memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab
dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Contoh berikut ini
kiranya akan memperjelas pernyataan di atas.
Misalkan test hasil
belajar dalam bidang studi bahasa inggris menyajikan 5 butir soal uraian dimana
untuk setiap butir soal yang betul diberikan bobot 10. Siswa bernama Fatimah,
untuk kelima butir soal test tersebut memberikan jawaban sebagia berikut:
Ø
Untuk butir soal
nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga kepadanya diberikan skor 10.
Ø
Untuk butir soal
nomor 2, hanya dijawab betul separuhnya, sehingga kepadanya dibrikan skor 5.
Ø
Untuk butir soal
nomor 3 hanya sekitar seperempat bagian sja yang dijawab dengan betul, sehingga
berikan skor 2,5.
Ø
Untuk butir soal
nomor 4, hanya dijawab betul separuhnya, sehingga kepadanya diberikan skor 5.
Ø
Untuk butir soal
nomor 5, jijawab betul sekitar tiga perempatnya, sehingga kepadanya diberikan
skor 7,5.
Dengan demikian untuk
kelima butir soal test uraian tersebut, siswa bernama Fatimah mendapatkan skor
sebesar = 10+5+2.5+5+7.5=30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai,sebab
angka 30 itu masih merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut
nilai masih memerlukan pengolahan atau pengubahan (konversi).
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang
merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor
lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya nilai sering disebut skor standar
(standard score). Nilai melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar
kemampuan yang telah ditunjukan oleh testee terhadap materi atu bahan yang
ditestkan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto: Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi
Aksara Jakarta, 2007.
Zaenal Arifin: Evaluasi Pembelajaran. Rosda Bandung
www. Google.com
http://yadichant.wordpress.com/2010/12/15/skala-pengukuran-dan-instrumen-penelitian/
http://rizkialdinata.blogspot.com/p/teori-skor-murni-klasik.html
0 komentar:
Posting Komentar