Pages

Pasca Sarjana

Pasca Sarjana

About

Selamat Datang BLOG KAMI  »   "ان المعلم و لبطيب كلا هما* لا ينصحان اذهما لم يكر مان" Sesungguhnya guru dan dokter tidak akan berguna nasehatnya bila tidak dihormatiالله اكبرا, Mari Kita Berusaha menjadi manusia yang takwa... Tetap semangat Beruntunglah Orang Yang tidak Selalu lupa Salam Takzim

Senin, 08 Desember 2014

PENILAIAN PEMBELAJARAN PAI MAKNA SKOR DALAM PENGUKURAN



PENILAIAN PEMBELAJARAN PAI
MAKNA SKOR DALAM PENGUKURAN
(Mohamad Najib)

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas. Pengukuran adalah proses pemberian angka-anagka atau label kepada unit analisis untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep.

  1. Rumusan Masalah
1.      Pengertian Skor
2.      Skala Pengukuran dan Instrumen Penilaian
3.      Perbedaan Skor dan Nilai

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Skor
Performasi individu, yang diungkap oleh suatu skala pengukuran atau tes psikologis, dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor (scores). Skor tidak lain  dari pada harga suatu jawaban terhadap pertanyaan dalam tes, meskipun tidak sempurna, merupakan representasi dari suatu atribut laten. Adapun skor yang diperoleh dari pengukuran dan belum diolah baisanya disebut dengan skor tampak bersimbol  X. Dan setiap indivudu akan memperoleh skor sesungguhnya. Skor sesungguhnya adalah skor performansi yang benar dan merupakan representasi murni dari atribut latenskor ini bisa dilambangkan dengan huruf T. Dan sebagai sertaan hasil skor pengukuran, diteorikan pula adanya skor eror (orror) yang besarnya bagi juga tidak dapat diketahui, komponen eror bisa disimbolka n dengan ;ambang huruf E. Hubungan antara eror pengukuran dan skor murni diuraikan oleh ALLEN & YEN (1979) Dalam beberapa Asumsi berikut :
1.      ASUMSI 1 : X = T + E
Hubungan antara skor tampak – skor murni- skor eror. Yaitu, besarnta skor tampak X ditentukan bersama oleh besarnya skor murni T dan besarnya eror pengukuran E.
Contoh : Si A dites IQ
Memperoleh skor murni (T) 104 , X 110, maka hasil pengukurannya mengandung E = +6 .
Jadi besarnya skor tampak X akan tergantung antara lain pada besarnya eror pengukuran e, sedangkan besarnya skor murni bagi bagi setiap individu pada setiap pengulangan pengukuran yang sama diasumsikan sebagai tetap.
2.      ASUMSI 2 : έ(X) = T
Asumsi ini menyatakan bahwa Skor murni  T merupakan nilai harapan X (expected value of X) yaitu έ(X). Jadi T merupakan hagra rata-rata dari distribusi teoritik skor X apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulang kali dengan asumasi pengulangan tes ini dilakukan tidak terbatas banyaknya sedangkan setiap pengulangan tes adalah independen satu sama lain.
3.      ASUMSI 3 : Pet = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa bagi suatu kelompok populasi subjek yang dikenai tes distribusi eror pengukuran E dan distribusi skor murni T tidak berkorelasi satu sama lain. Variasi eror tidak tegantung pada variasi skor murni.
4.      ASUMSI 4 : Pe1e2 = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa bila E1dan E2  tidak berkorelasi satu sama laen .Artinya besarnya eor pada suatu tes tidak tergantung pada eror pada tes lain
5.      ASUMSI 5 : Pe1t2 = 0
Asumsi ini menyatakan bahwa eor pada suatu tes tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes lain. Artinya, eror pada suatu   tes tidak tergantung pada skor murni di tes lain.
6.      ASUMSI 6 : T = T
Dua tes disebut pararel satu sama lain apabila skor murni dari setiap subjek yang adalah sama pada kedua tes tersebut 

REALIBILITAS DAN SKOR PENGUKURAN
Allen & Yen (1979) menguraikan enam cara untuk menginterpretasikan koefisien relibilitas tes :
1.      Interpretasi 1
Pxx = korelasi skor tampak antara dua tes yang pararel.
Interpretasi mengatakan bahwa realibilitas tes ditentukan oleh sejauh mana distribusi skor tampak pada suatu tes yang pararel berkorelasi
2.      Interpretasi 2
Pxx² = besarnya proporsi varians yang dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan X
Interpretasi mengatakan bahwa besarnya kuadrat koefisien realibilitas dapat diartikan seabagi besarnya proporsi varians suata tes yang dapat dijelaskan oleh variasi skor pada tes lain yang pararel dengannya.
3.      Interpretasi 3
Pxx = όt² / όt²
Bahwa koefisien relibilitas merupakan perbandingan antara varians skor murni dan varians skor tampak pada suatu tes
4.      Interpretasi 4
Pxx = Pxt²
Koefisien relibilitas merupakan kuadrat koefisien korelasi antara skor tampak dan skor murni, ada fakta bahwa koefisien korelasi antara skor suatu tes dengan skor pada tes atau variabel lain tidak akan lebih tinggi dari pada koefisien korelasi skor tampak tes itu dengan skor murninya sendiri.
5.      Interpretasi 5
Pxx = 1 ~ Pxe²
Bahwa koefisien relibilitas adalah sama dengan datu dikurangi oleh kuadrat koefisien korelasi antara skor-tampak dengan eror pengukuran. Semakin besar korelasi antara skor tampak dan eror pengukuran, akan semakin kecil koefisien realibitasnya.
6.      Interpretasi 6
Pxx = 1 . όe² / όx²
Bahwa derajat heterogensi skor subjek yang ditunjukan oleh besarnya
όx²  mempunyai pengaruh penting terhadap koefisien relibilitas. Dibawah asumsi varians eror tetap, tinggi rendahnya koefisien relibilitas akan tergantung pada besar kecilnya varians skor tampak dari kelompok subjek yang bersangkutan.

  1. Skala Pengukuran dan Instrumen Penilaian[1]
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas “sesuatu”.Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dll.  Dalam proses pengukuran tentu guru harus menggunakan alat ukur  (tes atau non tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Pengukuran menurut Arikunto dan Jabar (2004) adalah kegiatan membanding suatu hal dengan suatu ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas. Pengukuran adalah proses pemberian angka-anagka atau label kepada unit analisis untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep.
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan istrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Istrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti. Dengan demikian junlam instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan diguankan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap istrumen harus mempunyai skala.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala mligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akam menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang akan diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 20 gram, berat besi 200 kg, suhu badan orang yang sehat 370, EQ seorang 210.
Ada beberapa macam teknik skala yang bisa digunakan dalam penelitian. Antara lain adalah: Skala Linkert, Skala Guttmann, Skala Bogardus, Skala Thurstone, Skala Semantic, Skala Stipel, Skala Paired-Comparison, Skala rank-Order. Kedelapan maca teknik skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang yang akan diukur.
1.      Macam-Macam Skala
a.       Pengukuran
Skala Pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
• Macam-macam Skala Pengukuran
1)      Skala Nominal : adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori atau kelompok dari suatu subyek.
Contoh jenis kelamin responden. Laki-laki = 1 ; Wanita = 2
2)      Skala Ordinal : adalah skala pengukuran yang meyatakan kategori sekaligus melakukan rangking terhadap kategori.
Contoh : kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat merek produk air mineral.
Merek Air Mineral Rangking
• Aquana 1
• Aquaria 2
• Aquasan 3
• Aquasi 4
3)      Skala Interval merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk
mengukur fenomena/gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sosial,yaitu
• Skala Linkert.
• Skala Guttman.
• Rating Scale.
• Semantic Defferential.
4)      Skala Linkert : digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :
Preferensi :
a.       Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat Positif
b.      Setuju 2.Sering 2. Positif
c.       Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3. Netral
d.      Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah 4. Negatif
e.       Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah 5.Sangat Negatif
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai skor, Misalnya : sangat setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5, selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan seterusnya.
Macam-Macam Skala Pengukuran
• Skala Gutmann :suatu pengukuran untuk memperoleh jawaban responden yang
tegas, yaitu : “ya-tidak” ; “pernah-tidak pernah”
“positif-negatif”; “setuju-tidak setuju” Contoh :
Bagaimana pendapat anda, bila Tn X menjabat pimoinan di
perusahaan ini ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
• Sematic Defferential :suatu skala pengukuran yang disusun dalam suatu garis
dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, sedangkan jawaban
sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.
• Rating Scale : suatu skala pengukuran dimana responden menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang disediakan.
• Skala Rasio : adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol.
2.      Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur fenomena alam misalnya :
panasèCalorimeter; suhu è termometer; panjang èmistar (meteran) dan
sebagainya. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur fenomena sosial umumnya dan
bidang ekonomi dan bisnis khususnya yang sudah baku sulit ditemukan.
Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian. Misalnya bentuk instrumen : 1)Checklist 2)Pilihan Ganda 3) Rating Scale.
Bentuk instrumen yang dipilih antara lain tergantung pada metode
pengumpulan data yang akan digunakan seperti : angket (kuesioner),
observasi dan wawancara (interview).

  1. Perbedaan Skor dan Nilai
Didasarkan atas pertimbangan bahwa kadang-kadang orang menganggap bahwa skor itu sama dengan nilai, padahal pengertian seperti itu belum tentu benar. Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Contoh berikut ini kiranya akan memperjelas pernyataan di atas.
Misalkan test hasil belajar dalam bidang studi bahasa inggris menyajikan 5 butir soal uraian dimana untuk setiap butir soal yang betul diberikan bobot 10. Siswa bernama Fatimah, untuk kelima butir soal test tersebut memberikan jawaban sebagia berikut:
Ø  Untuk butir soal nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga kepadanya diberikan skor 10.
Ø  Untuk butir soal nomor 2, hanya dijawab betul separuhnya, sehingga kepadanya dibrikan skor 5.
Ø  Untuk butir soal nomor 3 hanya sekitar seperempat bagian sja yang dijawab dengan betul, sehingga berikan skor 2,5.
Ø  Untuk butir soal nomor 4, hanya dijawab betul separuhnya, sehingga kepadanya diberikan skor 5.
Ø  Untuk butir soal nomor 5, jijawab betul sekitar tiga perempatnya, sehingga kepadanya diberikan skor 7,5.
Dengan demikian untuk kelima butir soal test uraian tersebut, siswa bernama Fatimah mendapatkan skor sebesar = 10+5+2.5+5+7.5=30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai,sebab angka 30 itu masih merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut nilai masih memerlukan pengolahan atau pengubahan (konversi).
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya nilai sering disebut skor standar (standard score). Nilai melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukan oleh testee terhadap materi atu bahan yang ditestkan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto: Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara Jakarta, 2007.
Zaenal Arifin: Evaluasi Pembelajaran. Rosda Bandung
www. Google.com
http://yadichant.wordpress.com/2010/12/15/skala-pengukuran-dan-instrumen-penelitian/
http://rizkialdinata.blogspot.com/p/teori-skor-murni-klasik.html



[1] http://yadichant.wordpress.com/2010/12/15/skala-pengukuran-dan-instrumen-penelitian/

0 komentar:

“ Aku mengadu kepada kepala imam waki’ tentang hapalanku yang lemah, lantas ia memberiku petunjuk agar meniggalkan maksiyat”," Hapalan adalah pemberian Tuhan, sedang pemberian Tuhan tidaklah diberikan kepada orang bermaksiyat”,“ Salama aku masih mencari keutamaan, ilmu dan takwa aku tak butuh nyanyian wanita dan aromanya”