PEMUDA TANGUH
Yang mengutamakan Kesabaran Keistiqomahan dan Keyakinan
Karya : Abdullah Al Faqir Nurmata Al Azizi, M.Pd.I
Di
suatu surau , terdapat seorang pemuda yang sejak kecil dipangil dengan sebutan
Faqir, dia seorang pemuda yang miskin, sederhana, tidak cerdas dan sangat
sedikit ilmu, Sedikit Amal, namun dia
ingin hatinya bersih… hati penuh cinta pada Nabi dan Tuhanya, suatu ketika
ketika dia hijrah di sebuah desa kembang jati, dia menuntut ilmu kepada seorang
syeh. Abdullah bin Muhammad Aziz bin Al
Marwani ( Seorang Ulama yang sangat Tersohor dengan Ilmu Kehikmahanya,
dan Ilmu Fiqihnya) . Disebuah pendopo yang sanget kecil yang terbuat dari
kenting yang sudah hampir dimakan zaman, yang sudah banyak yang rapuh dan
pecah, namun suasana sangat sejuk dan nyaman. Faqir menuntut ilmu dengan
senang, walaupun sebenraya dia sudah terlambat umurnya paling tua pendopo
tersebut. Namun dia tidak malu, tidak patah hati, dia terus senang dengan ilmu
agama yang sangat dia damba-dambakan, walau seberanya dia lulusan Magister
Menejemen Islam ( ditempuh dalam waktu 1 setengah tahun, dengan biaya sendiri
yang dia peroleh dari mengajar anak-anak belajar iqro’( belajar membaca Al
Qur’an) ), namun dia tidak bangga dengan gelar itu, karena dia sangat haus dan
amat haus dengan ilmu Agama, dia meresa tidak punya apa-apa, makanya dia terus
belajr dan belajar. Tanpa
disangka-sangka dengan Semangat dan senang waktu yang sudah dia habis
untu k belajar dan belajar . Tidak terasa umur mencapai 26 Tahun, sudah 6 tahun
dia menuntut ilmu.
Di pertengahan bulan rajab atau 18 Januari 2012,
tantangan sebenarnya datang…, dia difitnah oleh pengasuh suku, kepala desa
karang jati,
“Faqir,
laki-laki bejat yang suka mencuri istri-istri orang”?
Faqir
pun berkata “ Tidak pernah aku merebut istri orang lain, Demi Allah aku tidak
melakukan itu”
Kepa
Sekupun sambil membawa sebuah pedang samurai “ apa ada maling ngaku, pasti
penjara bek”
“Aku
tidak mengabil, dia (wanita yang difitnahkan) dia dating hanya mitak nasehat
padaku, itupun dia ditemani anaknya?”
“Jangan
percaya ucapan Pendosa”,
Masyarakat
pun berkumpul dan melontarkan kata –kata kotor
“Usir
dia, Razam dia sampai mati, Ayu di keliling desa aja sambil di pukul” tidak ada
yang membantu faqir, Sang Guru Abdullah bin Muhammad Aziz bin Al Marwani teryata sudah mengal hampir dua tahun
ini, tidak ada l;agi orang yang membela dan mendampingnya, wanita yang dia
sukai pun lari dan ikut menjahui ya,..
“Aku
tak sangaka dia bisa seperti itu?”
“Dik
aku tidak melakukan itu, Demi Allah percaya pada ku dik Nur?”
Faqir
pun diseret dan dipukul, darah mercucuran dari mulut dan wajah faqir, Faqir pun
tak kuasakan diri dia cuman merintih kesakitan dan mengucakakan kata yang lirih “La Ila Ha Ila anta subhanaka ini kuntuk
Minadholimin” .
Dan seketika itu, Miftakhul Janah seorang
sang pemember motifasi, ikut menghilang dari dirinya, ketika ujian itu datang,
banyak orang yang menghembuskan pedang. Namun faqir tidak mempunyai apa-apa
untuk mebela diri, dia hanya bisa terdiam, ketika badanya ditusuk-tusuk oleh sebuah pedang yang sangat
tajam yang berkilau-kilau, dan di
hatinya dihembuskan sebuah panah yang beracun, faqir pun kesakitan, pada saat
itulah seorang yang selam ini memberi semangat dan motifasi datang sambil
bicara.
“Faqir aku, mngapa
kau diam,katakana benar jika iatu benar, dan katakana salah jika itu salah”
Faqir mulai
bangkit dari keterpurukan, dia berdiri ketika tubuhnya mengelurkan darah sambil
air matanya yang membasahi pipi yang tidak bisa dibendung,
Faqir pun
berdoa “ Ya Allah apunilah hamba, dosa hamba yang sangat banyak yang tak
mungkin dimaafkan,namun Hamba hanya bisa ber keluh kesah dan bepasrah diri
padamu, Ya Robbi ampunilah mereka semua,sebenrya mereka tidak tahu apa-apa,
mereka hanya termakan Fitnah, Ya Ilahi Ro bbi, Ampunilah kami semua “ Allahuma Fir lil Mu’min Wal Mu’minat”.
Akhira
dia dilempar ke sungai sangat deras, sungai yang menjadi anak sungai bengawan
solo, antara sadar dan tidak sadar, dalam hati faqir dia sudah tidak mungkin
bisa hidup, tubuhnya pun sudah terseret oleh arus sungai yang sangat deras,
tubuh yang banyak luka / sobek penuh tusukan pedang samurai, Dia hanya bisa
sabar dan istiqomah dan dia yakin pasti semua ini sudah menjadi jalan
kehidupanya ini ujian dari Allah,
“aku
yakin pasti Allah sayang padaku, dia teringat ketika dia dikuncilkan masyrakat,
santri santri pada menjauhui dia, dan orang yang dia cintai juga pergi
mengalkan dia,”
Faqir terus teringat semua oarng-orng yang membencinya, namun tidak ada sedikit dendam, cuman dia masih belajar untuk selalu untuk terus sabar. Dia ingat sudah berapa banyak setiap kebaikan yang diberikan , namun semua tidak ada apa-apanya, semua sudah mengagap bahwa dia orang pendosa orng yang banyak kesalahan dan setiap kesalahan yang dimilki faqir selalu dipantau sedemikian kecilnya pun akan terus dilihat.
Faqir terus teringat semua oarng-orng yang membencinya, namun tidak ada sedikit dendam, cuman dia masih belajar untuk selalu untuk terus sabar. Dia ingat sudah berapa banyak setiap kebaikan yang diberikan , namun semua tidak ada apa-apanya, semua sudah mengagap bahwa dia orang pendosa orng yang banyak kesalahan dan setiap kesalahan yang dimilki faqir selalu dipantau sedemikian kecilnya pun akan terus dilihat.
Hari
berganti hari becek ketitik olo ketoro, Waktu berjalan menelusuri kehidupan,
akhirya penderitaan Faqir mulai menjadi Kenikmatan yang luar biasa,dari ujian
yang mencekam dan fitnah yang hampir membunuhnya, sekarang sudah terbukti bahwa
kesabaran keistiqomahan dan keyakinan yang mantap akan menghasilkan ilmu hikmah
yang luar biasa.
Akhrinya Faqir
menikah dengan orang yang dia cintai,wanita yang dia cintai yang semla sangat
membencinya sekarang semaki9n mencintainya, dia pun diberi gelar oleh gurunya
dengan nama Abdullah Al Faqir Nurmata Al Azizi, faqir pun menjadi Mubalig atau
ulama yang sangat tersohor/ termasyhur di seluruh nusantra terutanma bagi umat
islam,tutur katanya makin hari amakin manis untuk menjadi obat-obat bagi kaum /
orang yang sedang galau,…, diapun akhirya dimintak untuk juga mengajar di
sebuah universitas Sunan Bonag Jambi, dia sebagai dekan ilmu Akhlak. Dia
dikarunia istri yang sangat sholihah, sangat patuh dan sangat penyabar, istri
yang sangat baik dan seorang ibu yang teladan bagi putra putrinya, dialah
Nurdhotul ( Aku bukan Saidah Khotijah yang penyambar, bukan pula Fatimah yang
sederhana, bukan pula Zulaikah yang taat, tapi aku Nurdhotul yang sangat ingin
menjadi istri sholihah seperti Wanita-wanita yang bijak diatas) dan 4 anak yang sangat Sholih –sholihah,
begitu indah Keluaraga Faqir, Dirumah Faqir tersahut kata kata tasbih yang
sangat haru didalam setiap musibah dan kenikmatan. “Fabiayi Al Irobikuma Tukadziban”