Pages

Pasca Sarjana

Pasca Sarjana

About

Selamat Datang BLOG KAMI  »   "ان المعلم و لبطيب كلا هما* لا ينصحان اذهما لم يكر مان" Sesungguhnya guru dan dokter tidak akan berguna nasehatnya bila tidak dihormatiالله اكبرا, Mari Kita Berusaha menjadi manusia yang takwa... Tetap semangat Beruntunglah Orang Yang tidak Selalu lupa Salam Takzim

Senin, 08 Desember 2014

VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM PENGUKURAN



VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM PENGUKURAN
(Neneng Radia Ulfah)
Email : fatkhur_aziz@yahoo.com

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Fenomena akademik yang sering ditemui dalam penelitian mahasiswa diantaranya adalah ketika persoalan alat ukur yang akan digunakan untuk mengkaji gejala-gejala empiris dalam ilmu-ilmu sosial. Karena dalam masalah sosial, gejala empirik yang sering ditemui merupakan gejala yang memiliki keragaman yang harus dibahas sesuai dengan kajian teori yang benar, tidak melanggar kaidah dan tidak bertentangan dengan kelaziman.
Dalam masalah sosial, persoalan penentuan alat ukur yang dibuat dengan asal jadi, tanpa memperhitungkan validitas dan reliabilitasnya, akan menyebabkan interpretasi yang bermacam-macam dan bisa memberikan alternatif jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi, kapan dan dimana suatu alat ukur itu akan digunakan. Jika salah dalam penerapan, jawaban yang diperoleh bukan akan memberikan informasi yang baik dan benar, akan tetapi justru akan memberikan informasi yang keliru dan akan berdampak terhadap kesimpulan yang dibuat.
Dalam penelitian, persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh kuesioner yang dibuat sebagai alat ukur yakni harus memiliki minimal dua keunggulan, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas adalah merupakan alat ukur yang bila digunakan akan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur / alat tersebut dapat mengukur apa yang hendak kita ukur secara tepat.[1] Alat ukur demikian berarti valid. Sedangkan bila instrumen yang dibuat sebagai alat ukur itu memiliki konsistensi dari beberapa kali pelaksanaan pengukuran akan tetap memperoleh hasil yang relatif sama dinamakan reliabel. Dengan demikian, validitas dan reliabilitas merupakan dua syarat minimal yang harus dimiliki oleh alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya validitas dan reliabilitas instrumen pengukuran data akan dibahas pada bab selanjutnya.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.                            Apakah pengertian dari pengukuran dan instrumen?
2.         Apa pengertian dari validitas dan jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data?
3.         Apa pengertian dari reliabilitas dan jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data?
C.    TUJUAN
1.                Untuk mengetahui pengertian dan instrumen pengukuran data.
2.    Untuk mengetahui pengertian validitas dan jenis-jenis validitas instrumen pengukuran data.
3.    Untuk mengetahui pengertian reliabilitas dan jenis-jenis reliabilitas instrumen pengukuran data


BAB II
PEMBAHASAN

1.        PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variabel.[2] Bilangan-bilangan itu dinyatakan oleh kategori respon atau kategori jawaban dalam wujud kualitatif atau kuantitatif. Variabel kualitatif menunjukkan ada tidaknya suatu sifat dan variabel kuantitatif menyatakan besarnya suatu variabel. Menetapkan variabel kuantitatif atau kualitatif merupakan hal yang penting dalam penelitian. Setiap variabel hanya mempunyai satu pengukuran, sedangkan konsep dapat terdiri dari banyak variabel dan karena itu mempunyai banyak pengukuran.
Mengukur suatu benda atau gejala didasarkan atas suatu aturan yang menyatakan bagaimana benda atau gejala itu diberi angka. Segala benda/obyek/gejala yang ada dapat diukur dengan teliti dan benar. Dua kriteria pengukuran itu disebut validitas dan reliabilitas pengukuran. Apabila pengukuran menyatakan dengan tepat dan teliti fenomena yang hendak akan diukur, ia dinamakan validitas. Reliabilitas pengukuran terjadi bila pengukuran itu menghasilkan respon yang sama setiap kali digunakan dalam situasi yang berlainan.[3]
Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan besarnya fenomena.[4] Instrumen terdiri dari item-item dan kategori jawaban yang tersusun untuk mengungkapkan keterangan tentang variabel. Item dapat berupa pertanyaan/pernyataan. Ada instrument yang mudah disusun, ada yang sulit disusun langsung. Mudah sulitnya pembuatan instrumen bergantung pada keadaan variabel dan cara menganalisis data. Proses menyusun item-item dan kategori respon disebut instrumentasi. Fungsi instrumen ialah mengukur fenomena.

2.        PENGERTIAN VALIDITAS DAN JENIS-JENIS VALIDITAS INSTRUMEN PENGUKURAN DATA
1.    Pengertian Validitas
            Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.[5] Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
            Suatu alat pengukur disebut valid bila alat itu mengukur apa yang hendak diukur, atau mengukur secara tepat.[6] Valid tidaknya suatu alat pengukuran ditentukan dari tujuan dan subyek yang dikenai alat pengukur itu. Penetapan validnya suatu alat pengukur bergantung pada pertimbangan untuk apa dan untuk siapa alat itu digunakan. Secara luas dapat dikatakan bahwa validitas mengajar seorang guru bergantung pada tujuan tertentu dan subyek (mata pelajaran) tertentu. Misalnya guru A hanya valid mengajar bidang studi tertentu untuk kelompok siswa tertentu, misalnya mengajar di sekolah menengah. Guru tersebut tidak valid jika mengajar bidang studi lain dan mengajar bukan di sekolah menengah.
Beberapa karakteristik dari validitas:
-          Validitas sebenarnya menunjukkan kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.
-          Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan validitasnya, tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
-          Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
2.    Jenis-jenis Validitas Instrumen Pengukuran Data
       Menurut Suharsimi, 2010, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas internal.[7]
a.    Validitas Berdasarkan Cara Pengujiannya, yaitu:
1.    Validitas internal, berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Jika dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja tenaga kependidikan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja tenaga kependidikan.
2.    Validitas eksternal, berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel diambil. Bila sampel penelitian representatif instrumen penelitian valid, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
b.   Validitas Berdasarkan Cara Menetapkannya, yaitu:[8]
1.    Validitas Logis
Disebut validitas logis karena cara menetapkan dilakukan dengan pertimbangan logis: item-item disusun secara logis yang terdiri dari validitas isi, validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis ialah secara logis item-itemnya diperkirakan akan mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas logis bertitik tolak dari teori. Peneliti menjabarkan faktor-faktor dari teori. Faktor-faktor itu adalah konstruk-konstruk yang didefinisikan dengan jelas, digunakan sebagai dasar bekerja dan menjadi ukuran valid tidaknya alat tersebut. Karena itu validitas logis disebut juga validitas konstruk atau validitas berdasarkan definisi. Alat yang disusun akan valid bila cocok dengan teori. Konsekuensinya jika teori yang digunakan sebagai dasar bekerja itu benar maka alat itu valid. Tetapi sebaliknya pula bila hasil pengukuran dari berbagai alat yang disusun itu berbeda dengan teori yang dimaksud perlu ditinjau kembali karena validitas teori tersebut diragukan.
2.    Validitas Empiris
Menetapkan validitas empiris dilakukan dengan cara membuat perbandingan empiris antara hasil pengukuran alat yang disusun dengan hasil pengukuran yang menggunakan alat lain yang valid. Dalam proses perbandingan diperlukan perhitungan-perhitungan statistik sehingga validitas empiris disebut pula sebagai validitas statistik.
c.    Validitas Berdasarkan Tujuannya, yaitu:
1.    Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.[9] Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Tes hasil belajar misalnya digunakan untuk mengukur isi atau tujuan yang telah diajarkan pada siswa. Kerena itu validitas isi disebut juga validitas kurikuler. Validitas isi dapat terpenuhi bila alat pengukur benar-benar dapat mengukur kawasan isi itu (validitas tampang), dan bila alat pengukur berisi item-item yang terdiri dari sampel yang mampu mewakili kawasan isi tersebut (validitas sampling). Dengan kata lain, validitas isi memerlukan validitas tampang dan validitas sampling. Misalnya tes mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus berisi pengetahuan Pendidikan Agama Islam, bukan pengetahuan lain, dan menggambarkan semua aspek-aspek pendidikan Agama Islam, bukan hanya beberapa aspek saja. Selain itu tes tersebut berisi item-item yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Bila tes tersebut tidak mengukur apa yang telah diajarkan pada siswa, tes itu tidak valid.
2.    Validitas Konstruk (Construc Validity)
Validitas konstruk artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari konstruk / susunan tes tersebut.[10] Konstruk menjelaskan sesuatu, sehingga “diciptakan” untuk menjelaskan suatu objek. Misalnya intelegensi adalah konstruk, dimana ia tidak dapat diamati. Orang dapat mengamati intelegensi melalui IQ yaitu hasil pengukuran melalui tes intelegensi. Validitas konstruk dapat dicapai bila alat pengukur yang digunakan mengukur konstruk tersebut valid. Validitas konstruk dari alat suatu alat pengukur diketahui dari sejauh apa tampilan pada pengukuran itu dapat diinterpretasi dalam pegertian konstruk tersebut.
Dua aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga validitas konstruk adalah aspek logis dan aspek empiris. Aspek pendekatan logis mencari tahu apakah unsur-unsur alat pengukur sama dengan unsur-unsur konstruk. Kesamaan unsur menjamin validitas alat ukur itu. Aspek pendekatan logis juga mencari tahu apakah item-item alat pengukur memadai untuk mengukur unsur-unsur konstruk. Aspek pendekatan empiris terhadap validitas konstruk terdiri dari (a) hubungan internal, yaitu hubungan antara item-item di dalam alat pengukur harus ada atau tidak bertentangan; (b) hubungan eksternal, yaitu hubungan antara skor yang diperoleh dari alat pengukur tersebut dengan skor dari alat pengukur lain harus konsisten dengan konstruk.
3.    Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity atau validitas bandingan artinya kejituan daripada suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat kini secara riil.[11] Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara skor hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda tingkatannya.
4.    Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi artinya ketetapan atau kejituan daripada suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.[12]. Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-individu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling baik tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara skor alat pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi terdiri dari beberapa langkah yaitu:
-        Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang valid
-        Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah laku yang diprediksi muncul
-        Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut valid memprediksi.
3.        PENGERTIAN RELIABILITAS DAN JENIS-JENIS RELIABILITAS INSTRUMEN PENGUKURAN DATA
1.    Pengertian Reliabilitas
                        Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data yang sama.Suatu tes dapat dikatakan tes yang reliabel apabila tes tersebut menunjukkan hasil hasil-hasil yang mantap.[13]
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas bentuk ekuivalen, reliabilitas belah tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional.
2.    Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data
a.    Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih,  sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut. Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di ukur.
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara signifikan saat diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-retes ,juga tepat ketika bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes yang pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat jawabannya, jika item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah, dibanding bentuk jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
a.    Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b.    Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama tersebut.
c.    Korelasikan hasil tes tersebut.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar para subyek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifisial dan rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes diantara satu atau dua minggu.[14]
b.   Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.
Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika grup yang sama  mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika dikehendaki, sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang berbeda dari ranah tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap setnya menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut mestinya benar.
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat, jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama, sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai post- tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan menggunakan tes sama.
Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:
a.    Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.
b.    Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c.    Administrasi hasilnya secara baik.
d.   Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua kalinya pada grup terebut.
e.    Korelasikan kedua hasil tes skor.
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekuivalen baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka reliabilitas ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama penelitian pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes ekuivalen mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya kesalahan pengukuran.
c.    Reliabilitas Belah Dua
Reliabilitas belah dua tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah dua meliputi langkah-langkah:
a.    Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
b.    Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada setengah bagian kedua.
c.    Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item genap.
d.   Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.

d.   Reliabilitas Ekuivalen Rasional
Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi internal. Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal dengan menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan berhubungan denga tes secara keseluruhan. Reliabilitas ekuivalen rasional menggunakan rumus Kuder-Richardson:

                     n            SD2- ∑pq
r  =  (                 ) (                   )
                    n-1                SD2

Keterangan :
r    : Koefisien Reliabilitas
n   : Jumlah Item
SD2 : Varian
p   : Proporsi jumlah yang benar pada setiap item
q   : 1-p


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
 Pengukuran ialah penetapan bilangan kategori respon atau variable. Instrumen ialah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan besarnya fenomena Sedangkan validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jenis-jenis validitas yaitu:
·                               Validitas berdasarkan cara pengujiannya:
a.                             Validitas internal
b.                            Validitas eksternal
·                               Validitas berdasarkan cara menetapkannya:
a.                             Validitas logis
b.                            Validitas empiris
·                               Validitas berdasarkan tujuannya:
a.                             Validitas isi  (content validity)
b.                            Validitas konstruk (construc validity)
c.                             Validitas konkuren (concurrent validity)
d.                            Validitas prediksi (predictive validity)



Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Jenis-jenis reliabilitas yaitu:
·                               Reliabilitas tes-retes
·                               Reliabilitas bentuk ekuivalensi
·                               Reliabilitas belah dua
·                               Reliabilitas ekuivalensi rasional
B.       SARAN
1.    Seorang peneliti atau guru dalam pengukuran data sebaiknya menggunakan alat pengukuran data yang valid dan reliabel


DAFTAR PUSTAKA


Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek        Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Wayan Nurkancana, 1990. Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya : Usaha Nasional.



[1]  Wayan Nurkancana. 1990, Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya : Usaha Nasional, 141
[2] Izaak Latunussa. 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek        Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
[3] Ibid
[4]Ibid,97
[5] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
[6] Wayan Nurkancana. 1990, Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya : Usaha Nasional, 141
[7] Suharsimi Arikunto. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 212
[9] Wayan Nurkancana. 1990, Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya : Usaha Nasional, 143
[10] Ibid, 144
[11] Ibid, 142
[12] Ibid
[13] Ibid, 144
[14] Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

0 komentar:

“ Aku mengadu kepada kepala imam waki’ tentang hapalanku yang lemah, lantas ia memberiku petunjuk agar meniggalkan maksiyat”," Hapalan adalah pemberian Tuhan, sedang pemberian Tuhan tidaklah diberikan kepada orang bermaksiyat”,“ Salama aku masih mencari keutamaan, ilmu dan takwa aku tak butuh nyanyian wanita dan aromanya”