PROBLEM PESERTA DIDIK
A. Latar Belakang dan Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah
manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan
penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk
yang sedang berkembang, yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina
Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadang diposisikan sebagai anak, dalam
sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah),
bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk
yang akan digambarkan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga,
guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pendidikan,
desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan
anak.
Pada dasarnya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada dua unsur yang
saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir,
dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang.
Kendatipun dua unsur tersebut sama pentingnya, namun ada kemungkinan
pertumbuhan dan perkembangan itu disebabkan oleh bakat saja atau pengaruh
lingkungan saja.
Peserta didik memiliki
bermacam-macam kemampuan, minat, dan kebutuhan, antara lain kebutuhan ingin
berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan. Peserta didik tidak menginginkan
berdiam dengan pasif, semua ingin melakukan kegiatan, bermain, atau bekerja.
Energi yang mereka miliki perlu mendapatkan penyaluran sebagaimana mestinya. Jikalau
energi itu tidak disalurkan, maka dapat menyebabkan tingkah laku yang tidak
diharapkan.
Sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam
lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan
bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai
kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan
dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut
disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan
dalam bentuk proses pembelajaran.
Terdapat beberapa
istilah lain dari peserta didik, seperti siswa, mahasiswa, warga belajar,
pelajar, murid, serta santri. Berikut definisinya, yaitu;
a.
Siswa adalah istilah
bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b.
Mahasiswa adalah istilah
umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi.
c.
Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik
nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
d.
Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi
peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat
atas
e.
Murid memiliki definisi
yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f.
Santri adalah istilah
bagi peserta didik pada jalur pendidikan nonformal, khususnya pesantren atau
sekolah-sekolah yang berbasiskan agama Islam.
B. Problem Peserta Dididk
1. Problem Internal
a. Rendahnya
kemampuan intelektual anak
Kemampuan berfikir anak sangat
mempengaruhi baik dan tidak nya menangkap pelajaran, bagi mereka yang memiliki
daya intelektualitas tinggi mereka senang dan mudah menangkap pelajaran, tetapi
sebaliknya bagi mereka yang kemampuan berfikirnya rendah, mereka akan malas
belajar, sulit menangkap mata pelajaran, bosan dan segala macam nya.
b. Terganggunya
perasaan / emosi
Perasaan sering kali mengganggu akal
sehat anak didik dan manusia pada umumnya, perasaan yang tertekan (depresi) ini
selalu menjadi penghalang ke konsentrasian dalam menangkap mata pelajaran,
boleh jadi perasaan depresi ini di sebabkan permasalahan-permasalahan yang
dialami oleh mereka, baik dalam hubungan rumah tangga tau sesama teman.
c.
Kurang nya motifasi untuk belajar
Motivasi adalah hal yang sangat
penting dalam cita-cita meraih sebuah impian, bagi peserta didik impian
besarnya adalah meraih kesuksesan dalam belajar. Namun tidak semuanya dapat
meraih itu disebabkan kurangnya motivasi belajar dari orang tua maupun dari
pihak edukatif sendiri. Kebanyakan orang tua tidak menyadari akan pentingnya
memotivasi anak, sehingga semangat belajar mereka memudar sedikit demi sedikit.
d.
Kebiasaan belajar yang kurang baik
Belajar membutuhkan niat dan
kebulatan tekad, niat yang baik dfan terarah diikuti dengan matangnya hasrat
belajar akan membentuk mintal anak didik yang tidak mudah putus asa, rasa capek
dan jerih payah yang di hadapi tidak akn dengan mudah mematahkan semangat
belajar, karena dalam diri anak didik sudah tertanam tekad dan matangnya niat
untuk belajar, sehingga mereka berhasil. Dan sebaliknya kurang matangnya niat,
tidak adanya kometment yang kuat mereka akan sembrono dalam proses belajar nya.
2. Problem Eksternal
a. Proses
belajar mengajar yang kurang kondusif
Situasi di dalam kelas sangat
menentukan baik dan tidaknya proses belajar mengajar antara guru dan peserta
didik. Apabila ruang kelas itu kondusif maka proses belajar mengajar pun akan
berjalan dengan baik pula, anak didik mudah memahami mata elajarn yang
diberikan. Tetapi apabila suasana ruangan itu tidak kondusif maka proses
pembelajaran pun tidak akan berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
b. Kurang
adanya dukungan dari orang tua karena lemahnya tingkat sosial ekonomi mereka
Masalah finansial sering kali
menjadi penghambat yang serius dalam pendidikan, banyak anak berhenti belajar
dan lebih memilih pekerjaan yang dapat menghasilkan uang dengan alasan mereka
tidak memiliki biaya untuk membayar uang sekolah. Karena memang dalam hisup ini
tak ada yang geratis, semuanya akan berjalan dengan uang, termasuk pendidikan
yang sangat urgensi keterkaitan nya dengan uang. Bagi kelompok masyarakat yang
lemah dalam kehidupan sosial ekonominya maka mereka enggan untuk memberikan
dukungan terhadap putera puterinya sehingga mereka membiarkannya menjauh dari
dunia pendidikan, tidak lagi berantosias untuk memotivasi anak agar melanjutkan
studi nya, yang pada giliran nyamereka akn kehilangan kesadaran akan pentingnya
menggali ilmu pengetahuan di bangku sekolah. Latar belakang sosial yang tidak
menunjang Kondisi ini biasanya sering di temukan pada kelompok masyarakat awam
yang orientasinya bukan kepada pendidikan, tetapi lebih memandang pentingnya
pekerjaan untuk mendapatkan uang, menjadi pembantu, bekerja untuk siapa saja
yang akan memberi imbalan dari pekerjaan nya itu dan lain-lain. Anak didik
tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat di sekeliling nya, peserta didik
merasa termarginalkan dalam kehidupan sosial mereka yang pada giliran nya
mereka akan sedikit demi sedikit mersa enggan untuk belajar .
Berbagai Bagan
Problem




C. Solusi Peserta Didik
1.
Overlewarning (belajar lebih)
Artinya upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu, overlearning terjadi
apabila respon atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran
atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan, diantara contohnya ialah
pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin yang memungkinkan ingatan siswa
pada P4 lebih kuat.
2.
Extra study time ( tambhan waktu
belajar)
Ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau frekuensi aktifitas belajar atau juga bisa disebut penambahan jam
waktu belajar. Misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam, dari satu kali
sehari menjadi dua kali dalam sehari
3.
Menemonic device (muslihat memori)
Ialah kiat khusus yang dijadikan
alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal
siswa. Muslihat ini beragam caranya diantaranya ialah dengan bentuk not yang
dijadikan sebagai nyanyian anak-anak TK, atau juga dengan singkatan huruf-huruf
tau nama-nama istilah yang harus diingat oleh siswa.
0 komentar:
Posting Komentar