Silsilah dari Ayah
Silsilah dari Ibu
MANFAAT & HIKMAH MEMPELAJARI ILMU NASAB (GARIS KETURUNAN)
Ada yang berkata kepada kami, bahwa mereka yang belajar ilmu nasab (kita sering menyebutnya silsilah) pada prinsipnya tidak bermanfaat sama sekali. Menurut orang-orang ini, apa pentingnya belajar ilmu seperti ini?, apa lagi ditengah zaman yang sangat modern seperti sekarang ini. Berbagai ungkapan ungkapan Pengkerdilan ilmu nasab sudah sering saya temukan, Ilmu nasab benar benar dipandang sebagai ilmu yang aneh, ilmu yang tidak bisa disetarakan dengan ilmu-ilmu lain. Bahkan ucapan-ucapan ketus sering saya baca dan saya temukan diberbagai forum dunia maya. Mereka bahkan dengan entengnya berkata, “nasab lagi nasab lagi..., memangnya apa pentingnya sih nasab itu?”, menurut sebagian orang ini, bukankah Allah itu melihat seseorang dari Iman dan Takwanya....? Ada juga yang berkata sinis, “saya tidak peduli nasab, toh saya bisa berhasil karena usaha saya sendiri”, atau perkataan “Terus kalau kita bernasab, apa bisa dijamin masuk surga?” lha Nabi-Nabi saja ada keluarganya yang tidak beriman, apalagi kita”. Kondisi seperti ini akan semakin buruk ketika ada orang yang katanya mengerti ilmu nasab tapi justru kelakuannya malah memperburuk citra Ilmu Nasab. Tidak jarang saya melihat beberapa orang yang posisinya sering dianggap “ahli” dan “jago” dalam ilmu nasab justru hobinya membuat statement atau ungkapan yang mengarah ke Fitnah tentang ilmu nasab , entah itu dengan menggunakan identitas palsu atau melalui “tangan kanannya”.
Apakah persepsi ilmu nasab seburuk itu? Apakah ilmu nasab sama sekali
tidak mempunyai manfaat baik itu di dunia dan akhirat? Apakah ilmu nasab
itu justru menjadikan yang mempelajarinya buruk dan arogan? Apakah
dengan kita mengetahui ilmu nasab kita jadi terbelakang ?
Mari kita jawab kesemuanya itu, apakah benar kalau ilmu nasab itu tidak mempunyai manfaat dan hikmah dalam kehidupan kita.
Menurut Nurul Irfan (2012) bahwa nasab itu adalah :
- Salah satu pondasi yang kokoh dalam membina suatu kehidupan rumah tangga yang bisa mengikat antara pribadi berdasarkan kesatuan darah
- Untuk menjaga terjadinya perzinahan melalui pernikahan yang sah
- Menjaga pernikahan yang semahram berkat pengetahuan ilmu ini.
- Karunia yang besar yang diturunkan Allah kepada hambanya (Al Furqon, 54)
- Mempunyai pengaruh dalam membina rumah tangga, keluarga dan masyarakat.
- Hak pertama yang harus diterima bayi agar terhindar dari kehinaan dan ketelantaran seperti mendapatkan perawatan, nafkah, hak waris dan perwalian nanti.
- Menjaga keserasian dan kesetaraan kedua pasang calon mempelai (kafa’ah), hal ini dimaksudkan agar tujuan perkawinan dapat tercapai yaitu berupa ketenangan hidup berdasarkan cinta dan kasih sayang.
Sedangkan menurut Idrus Al Masyhur (2010) mengutip beberapa Hadist dan
perkataan sahabat serta kata kata ulama mengenai arti pentingnya Ilmu
nasab ini yaitu diantarannya :
- Diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Rasululullah SAW bersabda : “Pelajarilah nasab kalian, agar kalian mengenali hubungan darah kalian”.
- Diriwayatkan dari Rasulullah SAW : “Telah kafir bagi siapa saja yang berlepas diri dari urusan nasab, jika hal tersebut samar-samar. Dan telah kafir bagi siapa saja yang menyambungkan nasab yang tidak diketahuinya”.
- Berkata Umar bin Khattab : Pelajarilah nasab kalian, janganlah seperti kaum Nabat hitam, yang jika salah satu diantara mereka ditanya darimana asalnya, maka mereka Cuma berkata “dari desa ini”.
- Al Halimi berkata : “Siapa yang tidak mengenal nasabnya berarti ia tidak mengenal manusia, maka siapa yang tidak kenal manusia tidak pantas baginya kembali kepada manusia”.
Setelah kita mengetahui manfaat dan hikmah dari adanya ilmu nasab kita,
bagaimana langkah kita selanjutnya ? apakah masih tetap memandang rendah
ilmu nasab? Atau cuek sama sekali karena terjebak pola hidup
individualitas? Mereka yang selama ini menganggap rendah terhadap ilmu
nasab, atau sama sekali tidak peduli, menurut saya patut diluruskan cara
berfikirnya. Saya sendiri merasakan manfaat yang sangat besar ketika
mempelajari garis keturunan keluarga besar saya, saya bisa
bersilaturahim, saya banyak mendapatkan saudara, saya jadi tahu sejarah
yang benar dan yang paling penting saya bisa merasakan keberkahan dan
manfaat ketika saya mengetahui garis keturunan saya. Sebagai orang yang
besar dalam dunia pendidikan, tentu saya ingin apa yang saya pelajari
bersifat ilmiah dan rasional serta diiringi dengan sikap keimanan yang
seiring sejalan dengan kedua hal yang saya sebutkan tadi. Memandang
rendah atau tidak peduli dengan nasab, sama saja membuat hidup kita
sempit, seolah olah kita tidak punya saudara, seolah-olah kita sebatang
kara, seolah keluarga kita hanya itu itu saja, padahal saudara kita
masih banyak dan bertebaran dimana-mana. Seorang yang mengetahui nasab,
biasanya selalu berhasrat ingin terus menjalin tali kekerabatan dan
silaturahim, dan itu saya buktikan sendiri.
Mengetahui nasab itu penting, karena dengan kita mengetahui nasab, kita
bisa mengambil pelajaran kehidupan melalui perjalanan perjalanan para
leluhur kita, apalagi jika leluhur kita dulunya adalah orang-orang yang
hebat dan mulia. Kalau kita rajin mempelajari sejarah kehidupan leluhur
kita, maka kita tentu bisa mengambil suri tauladan atau manfaat yang
pernah perbuat. Orang yang mengetahui nasab itu sangat aneh jika dia
justru berprilaku sombong atau mengagung agungkan nasabnya kepada orang
lain. Orang yang tahu akan nasabnya, sudah seharusnya semakin bernasab
justru semakin tawadhu, menjauhi fitnah dan semakin berakhlak. Seorang
Habib Bahruddin Azmatkhan yang merupakan ulama ahli nasab bahkan pernah
berpesan melalui riwayat salah seorang cucunya, bahwa orang yang
bernasab itu bagaikan permata, semakin diasah semakin berkilau,
sekalipun dia ada di lumpur maka dia tetaplah permata. Syekh Abdul Qodir
Jaelani, seperti yang dikutif oleh Abdurrozaq Al Kailani (2009)
mengatakan, bahwa sekalipun Syekh Abdul Qodir Jaelani bernasab kuat
(karena ibu bapaknya keturunan Sayyidina Husein & Sayyidina Hasan),
beliau paling tidak suka menyebutkan atau menyombongkan nasabnya, bahkan
beliau melarang anak-anaknya melakukan hal tersebut karena disebabkan
sikap tawadhu beliau.
Oleh karena itu bagi mereka yang sudah mengetahui nasab atau mempelajari
ilmu nasab sebaiknya marilah kita bersikap seperti yang ditulis dibawah
ini;
- Semakin faham ilmu nasab atau semakin tahu nasab kita justru semakin rendah hati.
- Mengetahui nasab justru semakin membuat kita berakhlak seperti akhlaknya Rasulullah SAW.
- Mengetahui nasab semakin membuat kita cinta akan silaturahim.
- Mengetahui nasab semakin membuat kita cinta kepada kaum fakir miskin, anak yatim dan masyarakat dari berbagai lapisan.
- Mengetahui nasab akan semakin membuat kita lebih kuat dalam beribadah.
- Mengetahui nasab tidak membuat kita jadi feodal, arogan, individual dan eksklusif.
- Mengetahui nasab justru membuat kita semakin termotivasi dalam berprestasi.
- Mengetahui nasab justru semakin menjadikan kita rajin untuk selalu menuntut ilmu sampai wafat.
- Mengetahui nasab semakin membuat kita cinta akan saudara saudara kita dimana saja.
- Mengetahui nasab justru menjadikan benteng kita agar tidak terjerumus kedalam perbuatan yang tidak benar.
- Mengetahui nasab justru akan menjadikan lebih energik dalam menghasilkan karya karya dalam bidang ilmu pengetahuan.
- Mengetahui nasab semakin bisa mendekatkan diri kita dengan pola hidup nrimo, apa adanya, ikhlas, sabar dan tawakal.
- Mengetahui nasab justru membuat kita semakin bisa belajar tentang bagaimana sabarnya para leluhur kita dalam menghadapi fitnah dan cobaan.
- Mengetahui nasab semakin membuat kita cerdas dalam segala hal.
- Mengetahui nasab semakin membuat kita senang akan hal-hal persaudaraan.
- Mengetahui nasab semakin membuat umur kita berkah.
- Mengetahui nasab semakin membuka pintu rezki yang mungkin selama ini tertutup...
Wallahu A’lam Bisshowab...
Sumber :
As-Syekh Abdurrozaq Al-Kailaini. Biografi Syekh Abdul Qodir Jaelani, Guru Para Pencari Tuhan. Penerbit : Mizania, Bandung, 2009.
As-Sayyid Idrus Alwi Al Mahsyur. Sejarah Silsilah & Gelar Keturunan
Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Malaysia, Timur Tengah, India dan
Afrika. Penerbit Saraz Publishing. Jakarta, 2010.
Nurul Irfan. Nasab & Status Anak dalam Hukum Islam. Penerbit : Amzah, Jakarta, 2012.
As-Syekh As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji
Azmatkhan. Dasar-dasar ilmu nasab, Penerbit: Majelis Dakwah Walisongo,
Jakarta, 2014.
0 komentar:
Posting Komentar