BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Masalah
Dalam AL-Qur’an
disebutkan bahwa Allah SWT berfirman :
فَأِنَّهَا لاَ تَعْمَى الأَبْصَارُ
وَلَكِن تَعْمَى القُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُوْرِ
Artinya : “…Karena
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada[1]”.
Selain itu Rasulullullah Muhammad SAW ikut mempertegas tentang akhlak,
didalam haditsnya beliau mengatakan.
اَلْبِرُّ حُسْنُ
الخُلُقِ, وَالإِثْمِ مَاحَاكَ فِي صَدْرِكَ, وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ
النَّاسُ.
Artinya : “Kebaikan adalah akhlak yang baik,
dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dalam dadamu (hatimu), dan kamu
tidak suka jika orang lain mengetahuinya”[2].
Dari berbagai sumber diatas mari kita lihat
fonomena diera zaman serba teknologi banyak para remaja yang mengunakan
hidupnya untuk kesenangan sesaat, rasa malu dalam diri sudah tidak ada,
film-film atau senetron menjadi tuntunan, artis menjadi teladan dan
majalah-majalah koran jadi bacaan penganti kitab suci Al Qur’an.
Di Sebuah Berita online warga Desa Patik, Kecamatan Pulung, Kabupaten
Ponorogo terpaksa melaporkan teman putrinya, SS (17) ke Polsek Pulung. Ini
menyusul, putri YD yang tak lain adalah YN (16) dicabuli dan disetubuhi SS paska
tak pulang sehari semalam. Kasus ini melengkapi kasus pencabulan dan
persetubuhan dengan korban dan pelaku pelajar sebelumnya. Nyaris hanya dalam
hitungkan sebulan ada 3 kasus dengan jumlah tersangka mencapai 8 pelajar dan 4
korban yang masih siswi. YD menceritakan kasus pencabulan menimpa korban YN
bermula saat siswi salah satu SMP di Slahung ini tak pulang sehari semalam.
Kasus ini terungkap, Kamis (5/6/2014) pukul 17.00 WIB. Saat itu, orangtua
korban hendak arisan RT. Di tengah jalan ditemui tetangganya dan diminta pulang
karena putrinya yang pergi dari rumah sejak Rabu (5/6/2014) sudah. "Karena
ketakutan saya pulang dan tanya ke putri saya kemana saja tidak pulang? Anak
saya mengaku pergi dengan anak laki-laki yang mengantarnya pulang SS itu,"
terangnya di hadapan penyidik, Jumat (6/6/2014). Lebih jauh, YD mengungkapkan
jika SS selama sehari semalam itu sudah memperlakukan putrinya dengan tak
senonoh. Anaknya dicabuli SS di salah satu rumah warga. "Anak saya diciumi
pipi, diraba-raba serta disetuhubi," ungkapnya.
Sementara Kasubag
Humas Polres Ponorogo, AKP Imam Khamdani saat mendampingi Kasat Reskrim Polres
Ponorogo AKP Misrun menegaskan kasus pencabulan dan persetubuhan dengan korban
dan tersangka pelajar tersebut dilakukan di rumah di dalam rumah, Sarinah warga
Dusun Dungus, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung. "Kejadian itu berawal
saat korban sehari semalam tak pulang dan tak pamit pergi orangtua.
Setelah pulang diantar
tersangka. Berdasar pengakuan korban dan tersangka aksi tak senonoh itu
dilakukan di rumah saudara tersangka," paparnya. Sedangkan karena
tersangka dan korban masih berusia anak-anak dan masih pelajar, kata mantan
Kapolsek Sawoo ini, kasus yang awalnya dilaporkan ke Polsek Pulung akhirnya
dilimpahkan ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres
Ponorogo untuk penyelidikan lebih mendalam. "Sekarang tersangka, korban
dan para saksimasih diperiksa di Unit PPA. Barang bukti yang diamankan satu
celana dalam warna putih, karpet biru motif bunga, serta ceceran bekas sperma
tersangka," pungkasnya.[3]
Selain
itu ditemukan di kalangan pelajar dan warga Ponorogo,
kembali digemparkan kasus peredaran video mesum. Ini menyusul, beredarnya video
mesum dengan nama "file Video 2013-12-01." Video berdurasi 13 menit
55 detik itu, menampilkan adegan dua pasangan lawan jenis yang berhubungan
intim layaknya suami istri. Adegan itu, di sebuah kamar yang diduga ada dalam
warung, di wilayah Ponorogo Selatan.[4]
Dari fakta-fakta diatas sungguh disayangkan keadaan pemuda diera melenium yang serba canggih
tetapi moral telah hancur dan tidak bisa dikendalikan, penulis merasa gelisah
dengan keadaan ini, untuk itu penulis berusaha untuk mencari solusi untuk keadaan
yang rumit ini, dalam sisi yang nyata ternyata
Allah SWT sudah memberi sulusi dari itu dengan mengutus Baginda Agung Rasullulah
Muhammad SAW sebagai Utusanya untuk menyempurnakan Akhlak Manusia, agar manusia
selalu berpegang tugguh pada jalan kebenaran dan Kalam Ilahi.
Allah berfirman dalam surat Al Qolam ayat 4
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã
Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung”[5]
.
Dari ayat ini penulis
mengambil difinisi Bahwa dengan Allah menurunkan Nabi Muhammad untuk kebaikan
manusia, menujukkan kebenaran dan mengingatkan jika manusia khilaf dan
melakukan maksiyat dan dosa. Oleh sebab itu Rasulullah dikatakan manusia yang
paling sempurna (Kamil)
dibanding manusia laianya.
Pendidikan akhlak tidak akan
bisa dijalankan secara sempurna tanpa diikuti dengan pendidikan tekad yang kuat.
Dengan dimikian pembentukan tekad yang kuat menjadi dasar bagi pendidikan
akhlak manusia dalam kehidupan tidak akan mempunyai tempat dan eksistensi tanpa
memiliki tekad yang kuat.Tekad yang kuat ini tampak dalam sifat berani
menghadapi hidup dan cobaan-cobaannya yang bermacam-macam, baik pahit maupun
manis dan tetap memegang teguh dasar-dasar kebaikan yang dipercayai ketika
menanggung beban penderitaan.[6]
Membentuk
Karakter akhlak anak dengan menjadikan dasar utama dalam adat dan tabiatnya, sehingga
tidak mudah dirubah dengan sesuatu yang menjadi kebaliknnya. Karena, jiwa anak
tidak akan mudah menerima sesuatu yang berbeda dengan jiwannya.[7]
Dari sisi lain agama islam adalah agama yang sangat
mementingkan ajaran akhlaq, dalam kehidupan di dunia ini, manusia bukanlah
makhluk individual yang hidup sendirian tetapi manusia juga membutuhkan orang
lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu, akhlaq karimah mutlak diperlukan
dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi dan berkesinambungan demi
tercapainya kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan perwujudan seseorang,
yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama seseorang.
Kedudukan
akhlak dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang penting, baik sebagai
induvidu maupun sebagai anggota masyarakat. Sebab jatuh bangunnya, jaya
hancurnya, sejahtera rusaknyya suatu bangsa tergantung bagimana akhlaknya.
Artinya jika suatu masyarakat berakhlak baik, maka mereka akan saling
mengormati dan menghargai sutu sama lain. Tetapi sebaliknya, jika suatu
masyarakat berakhlak buruk, maka yang terjadi mereka satu sama lain akan saling
bermusuhan.
Sedangkan kedudukan
akhlak itu sendiri dalam kehidupan manusia menempati
tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera
rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir batinnya, akan
tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahirnya dan
batinnya.
Seseorang yang
berakhlak baik, selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban, memberikan hak yang
harus diberikan kepada yang berhak. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya
sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhannya yang menjadi hak Tuhannya,
terhadap makhluk yang lain, terhadap sesame manusia yang menjadi hak manusia
lainnya, terhadap alam dan lingkungan dan terhadap segala yang ada secara
harmonis. Dia akan menempati martabat yang mulia dalam pendangan umum. Dia
mengisi dirinya dengan sifat-sifat terpuji dan menjauhkan dirinya dari
sifat-sifat yang tercela. Dia menepati kedudukan yang mulia secara objektif
walaupun secara materil keadaanya sangat sederhana.
Pendidikan pada
hakekatnya tidak sekedar mengarahkan anak didik pada aspek kognitif saja, akan
tetapi aspek-aspek lain juga perlu dikembangkan termasuk kemampuan anak didik
dalam hal akhlakul karimah. Berkenaan dengan pembinaan akhlakul karimah, pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga yang paling relevan untuk membina
akhlakul karimah anak didik (santri). Pembelajaran yang dikembangkan oleh
pondok pesantren adalah upaya dalam menciptakan kader-kader bangsa yang
memiliki integritas tinggi dalam bidang akhlak dan moral.
Sebagai lembaga
pendidiakan, pesantren tidak hanya mendidik para santri ilmu agama, melainkan
juga membekalinya dengan akhlak yang menjadikarakter khas dari seorang santri.
Karena, itu tidak berlebihan ketika pesantren dikatakan sebagai umber
pendidikan karakter untuk menjawab persoalan bangsa. Kasus yang banyak terjadi
pada siswa ialah karena kurannya pendidikan karakter pada diri siswa.
Sehubungan dengan pembinaan akhlakul karimah ini penulis
sangat kagum dengan akhlak para santri yang penuh tawadu’, kemandirian, kebersamaa,
kejujuran, zuhud, sederhana, berakhlak baik (Penuh sopan satun,) tanggung
jawab dan penuh kasih sayang, sehingga penulis memilih Ponpes Tarbiyatul
Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan
Patihan Wetan Babadan Ponorogo sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan pondok pesantren ini merupakan
salah satu lembaga pendidikan Islam yang arah pengajarannya mengakar pada
nilai-nilai Islam dan mempunyai konsep integral (gabungan) antara asrama dan
sekolah. Sehingga santri yang sekolah di lingkungan Ponpes Tarbiyatul
Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan
Patihan Wetan Babadan Ponorogo harus tinggal di pondok pesantren.
Ada
yang menarik didua pesantren tersebut yang mengispirasi penulis untuk meneliti
habwa santri Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan
Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo mempunyai adat
istiadat yang sangat unik, yaitu selalu sungkem (Mencium telapak tangan
seorang kyai), mereka mengedepankan kedispinan, kejujuran, selalu tawadhuk
terhadap yang tua, sayang pada yang muda dan selalu mencium atau menjaga kitab-kitab
yang mereka pelajari dan mereka selalu berhusnuhzon, dengan demikian santri
bisa mendapat kebarokahan ilmu.
Berdasarkan
pada persoalan di atas serta keunikan dikedua ponpes tersebut, maka penulis
ingin mengangkat sebuah judul: “PENDIDIKAN
AKHLAK SANTRI ( Studi Komparatif di Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in
Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan
Babadan Ponorogo)”
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas, permasalahan
yang hendak dijawab
dengan penelitian ini
dapat
dirumuskan sebagai
berikut:
1.
Bagaimana Pendidikan Akhlak Santri di
Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun?
2.
Bagimana Pendidikan Akhlak Santri di
Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo?
3.
Adakah Perbedaan Pendidikan Akhlak Santri Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk
Menganalisis
Pendidikan Akhlak Santri di
Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun
2.
Untuk
Menganalisis
Pendidikan Akhlak Santri di
Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
3.
Untuk Mengetahui adakah Perbedaan
Pendidikan Akhlak Santri di Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in dan Ponpes
Tahfidzul Qur’an Al Hasan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1.
Secara teoritis. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan mutu pendidikan akhlak di pondok pesantren terlebih pada
pendidikan akhlak.
2.
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat :
a.
Bagi kalangan Ustadz-Ustadzah,
untuk melakukan kritik dan saran terhadap perkembangan Pendidikan Akhlak
Santri di akhir-akhir ini, serta bisa
memberi solusi untuk perbaikan Pendidikan Akhlak di Masa Depan.
b.
Bagi santri, dapat dipergunakan untuk lebih dalam mempelajari
ilmu-ilmu agama, pengetahuan terutama akhlak agar di masa depan dapat
menurunkan generasi yang bermoral dan berakhlak mulia.
c.
Bagi Lembaga atau
Yayasan, Penyelengara
Pondok Pesantren sebagai masukan dan bahan
pertimbangan dalam mengembangkan Pendidikan Akhlak di Masa Depan.
E. Penelitian Terdahulu
Agar
tesis ini dapat dipertangung jawabkan validitasnya, serta
tidak ada unsur penjiplakan, maka penulis mencantumkan beberapa
hasil penelitian yang ada kaitanya dengan rencana penelitian penulisan
pertama:
1. Tesis karya Romdhoni, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang 2012 yang berjudul
: Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Berbasis Pendidikan
Karakter Kebangsaan Bagi Siswa Kelas VII MTS Darussa’adah Malang. Penelitian
ini menjelaskan
tentang
Model Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran
Akidah Akhlak Berbasis Pendidikan Karakter Kebangsaan Bagi Siswa Kelas VII MTS
Darussa’adah Malang. Penelitian ini juga ingin mengetahui Produk yang
dihasilkan dari Pengembangan Bahan Ajar
Mata Pelajaran Akidah Akhlak Berbasis Pendidikan Karakter Kebangsaan Bagi Siswa
Kelas VII MTS Darussa’adah Malang. Serta Peneliti ingin mengetahui Kemenarikan
dan keefektifan dari Bahan Ajar Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Berbasis Pendidikan Karakter Kebangsaan Bagi Siswa
Kelas VII MTS Darussa’adah Malang.[8]
2. Tesis Karya Muh.
Ali Ma’sum Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo 2014 judul : Strategi
Pengembangan Budaya Keagamaan di Sekolah (Studi Komparatif di SMPN I Daganagan
dan SMPN I Jiwan Kabupaten Madiun. Peneliti ini
menjelaskan tentang strategi yang digunakan dalam pengembangan budaya keagamaan
di SMPN 1 danagan yaitu Pesuasif strategi, sedangkan di SMPN I JIwan mengunakan
Power Strategy yang dijalnkan oleh pemimpin.[9]
3. Jurnal karya Abdul Majid Khon 2013
judul : Keperibadian Kesantrian Sebagai Etika dan Model Pembelajaran Kitab
Ta’limun Al Muta’alim. Penelitian ini menjelaskan tentang Kepribadian santri, Pembentukan
Kepribadian Santri, Sifat-sifat Keperibadian Kesantrian serta metode-metode
pembelajaran.[10]
4. Skripsi karya Sukron Aziz Zu’am, Universitas Islam Indonesia (UII) Madiun 2012 judul :
Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap Akhlak santri di Pondok Pesantren
Tarbiyatul Mutathowi’in Ngujur Rejosari Kebonsari Kab. Madiun. Pengaruh
sholat tahajud terhadap akhlak santri di pondok Pesantren Tarbiyatul
Mutathowiin Ngujur Rejosari Kebonsari Kab. Madiun Tahun Ajaran 2011-2012 hampir
mencapai keberhasilan. Hal ini terbukti : Santri yang mengerjakan sholat
tahajud bisa membuat hatinya menjadi Tenang, Santri yang melaksanakan sholat
tahajud akhlaknya berubah menjadi lebih baik. Santri yang melaksanakan sholat
tahajud bisa menjauhkan diri dari sifat Sombong. Peneliti juga menjelaskan
Hasil yang dicapai mengenai Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap Akhlak santri di
pondok Pesantren Tarbiyatul Mutathowiin Ngujur Rejosari Kebonsari Kab. Madiun
Tahun Ajaran 2011-2012, hasilnya belum begitu berhasil terbukti : Santri mengerjakan sholat
tahajud atas keinginan
kyai atau Usatdz, Mayoritas santri biasa-biasa saja tidak terlalu senang
ketika diberikan kegiatan sholat tahajud, Ketika santri menigalkan sholat
tahajud perasaan mereka biasa-biasa saja.[11]
Dari Kajian diatas belum ada yang
membahas tentang Pendidikan Akhlak santri. Maka dalam penulisan tesis ini
peneliti berupaya mengukapkan dan mengkaji secara mendalam Pendidikan Akhlak
santri tersebut.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian
kualitatif yaitu penelitian
yang diwujudkan
dalam bentuk penjelasan
dan
berbagai uraian
yang berbentuk lisan maupun tulisan.
Sejalan dengan
definisi tersebutn Bogdan
dan Taylor mendefinisikan penelitan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.[12]
2.
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitain ini dilakukan di dua tempat yaitu di Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in
Rejosari Kebonsari Madiun yang terletak di Jalan Sunan Bonang Ngujur Rejosari Kecamatan Kebonsari Madiun. di antara perbatasan
Magetan dan Madiun.
Sedangkan
Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan terletak di
Jalan Parang Menang No.32, Patihan Wetan kec.Babadan, Ponorogo.
3. Kehadiran
Peneliti
Dalam
penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrument utama. Dalam hal
ini peneliti harus berada di lapangan dalam jangka waktu yang memadai, untuk
melakukan pengamatan observasi, wawancara serta melakukan analisis terhadap
dukumun demi mengumpulkan data.[13]
Oleh
karena itu kehadiran peneliti secara langsung dilapangan sebagai tolak ukur
keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti sehingga keterlibatan peneliti
secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisni
mutlak diperlukan dalam menggali informasi dan upaya mendaptkan hasil yang
sesuai dengan rumusan masalah tentang Pendidikan Akhlak Santri di Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al
Hasan Patihann Wetan Babadan Ponorogo, peneliti berperan aktif sebagai
partisipan selama penelitian berlangsung.
Peneliti
mulai melakukan penelitian dan terjun langsung kelapangan mulai awal bulan
Januari sampai selesainya tesis ini.
4.
Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang penulis perlukan dalam penelitian
ini antara lain didapatkan dari:
a.
Data Pendidikan Akhlak Santri di Ponpes Tarbiyatul
Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun : sumber data dari Kyai, Usatadz, santri,
lingkungan Masarakat/Wali Santri dan buku, dokumen, media cetak, dan peristiwa-peristiwa
terkait lainnya baik tertulis maupun tidak tertulis.
b.
Data Pendidikan
Akhlak Santri di Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan
Ponorogo : sumber data dari Kyai, Usatadz, santri, lingkungan Masarakat/Wali
Santri dan buku, dokumen, media cetak, dan peristiwa-peristiwa terkait lainnya
baik tertulis maupun tidak tertulis.
c.
Data bentuk Perbedaan Pendidikan Akhlak Santri Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan : sumber data dari
Kyai, Usatadz, santri, lingkungan Masarakat/Wali Santri dan buku, dokumen,
media cetak, dan peristiwa-peristiwa terkait lainnya baik tertulis maupun tidak
tertulis.
5.
Tahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1) tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh Peneliti sebagai berikut :
a.
Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus,
penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup
observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian dan
rumusan masalah, penyusunan usulan penelitian.
b.
Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan pendidikan
akhlak santri di Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in dan
Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan. Data tersebut
diperoleh dengan observasi terhadap kyai, ustadz-ustadzah dan para santri.
c.
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui
observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan kyai, ustadz-ustadzah dan para santri. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti. Selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data
dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna
data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang
sedang diteliti.
d.
Tahap penulisan laporan, meliputi: kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan tesis yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan
penulis tesis yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan
persyaratan untuk ujian tesis.
6.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta (participant
observation).[14]
wawancara mendalam (indepth interview) dan dukumtasi (ducument review)[15].
a.
Metode
observasi partisipan (participant observation).[16]
Observasi partisipan digunakan untuk menggali data-data yang bersifat gejala.
Adapun data
yang ingin diperoleh dengan metode iniadalah untuk memperoleh informasi atau
data tentang aktivitas-aktitas pendidikan akhlak santri, bagaimana pendidikan
akhlak santri dan bagaimana bentuk perbedaaan pendidikan akhlak santri di Ponpes
tarbiyatul mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al
Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
b.
wawancara
mendalam (indepth interview) dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka, metode ini Sementara, wawancara mendalam digunakan untuk menggali kategori
data kesan atau pandangan.
Metode ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang:
1)
Sejarah berdirinya Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari
Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2)
Bagimana Pendidikan Akhlak santri di Ponpes Tarbiyatul Mutathowi’in
Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan
Babadan Ponorogo.
3)
Mencari Perbedaan Pendidikan Akhlak santri di Ponpes Tarbiyatul
Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan
Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
c.
Metode Dukumentasi
Teknik
dukumentasi ini dimaksudkan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi
. Dukumuntasi yang dimaksud berbentuk surat-surat, gamabar/foto atau
catatan-catatan lain yang berhubungan dengan focus penelitian
Adapaun
data yang ingin diperoleh dengan mengunakan metode ini meliputi:
1)
Struktur Organisasi ponpes tarbiyatul mutathowi’in Rejosari Kebonsari
Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo.
2)
Fasilitas atau sarana prasarana
3)
Daftar nama ustadz-ustadzah ponpes tarbiyatul mutathowi’in Rejosari
Kebonsari Madiun dan Ponpes Tahfizul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan
Ponorogo.
7.
Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah prosese
mencarai dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan hasil, sehingga dapat mudah
dipahamai dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Teknik analisis data yang
digunakan untuk dalam penelitian ini mengunakaan konsep yang diberikan Miles
dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif yang berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga tuntas, dan datanya sampai jenuh meliputi : data
reduction, data display dan conclusion verification.[17]
Lihatlah bagan dari Miles
dan Huberman sebagai berikut :

1.
Reduksi data (data reduction), dalam
tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh atau
(mencari yang penting-penting).
2.
Penyajian data (data display).
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim
digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
3.
Kesimpulan, Tahap ini merupakan tahap
penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari
penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau
proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu dilakukan
reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari
kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses
analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara
kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama
waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan
kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan
kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.
8.
Pengecekan Keabsahan Temuan
Untuk
mendapatkan keabsahan data yang akurat, maka diperlukan tehnik pemeriksaan data
yang tepat. Ada empat kriteria, yaitu : a. Derajat kepercayaan (Credibility), b.Keteralihan (Transferability) c. Kebergantungan
(Dependability), e. Kepastian (Konfirmability). [18]
a.
Dapat dipercaya ( Credibility )
Dapat dipercaya yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang dikumpulkan. Artinya hasil penelitian dapat dipercaya oleh
semua pembaca serta kritis dari responden sebagai informan.
Peneliti menjaring informasi tentang suatu fenomena dari berbagai sumber
dan sudut pandang yang berbeda (Trianggulation).
Semua informasi yang berkaitan dengan penelitian ini dijaring dari berbagai
sumber, baik sumber primer maupun sekunder agar sumber informasi
benar-benar valid.
b.
Dapat di transfer (Transferability)
Agar temuan dan
hasil penelitian dapat ditransfer ke kancah yang memiliki ciri-ciri yang sama,
peneliti mencoba mendeskripsikan temuan dan hasil penelitian secara lengkap,
meskipun dengan konsekuensi laporan yang membengkak.
c.
Dapat diandalkan (Dependendability)
Agar hasil
penelitian dapat diandalkan, maka peneliti membuat catatan lapangan, transkip
wawancara, foto-foto tentang kegiatan dan mengobservasi tentang perilaku subyek
penelitian pada saat pembelajaran berlangsung dan melalui catatan lapangan.
d.
Dapat dicocokkan (Konfirmability)
Untuk menilai
hasil keandalan penelitian, maka hasil penelitian dicocokkan dengan pendapat
para ahli atau mereka yang terlibat. Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil
penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta
interpretasi peneliti yang didukung oleh materi yang ada dalam auditrial.
Auditrial dapat dilakukan oleh pembimbing.
G.
Sistematika
Pembahasan
Dalam Sistematika pembahasan Tesis ini,
penyusuanan dibagi menjadi lima
bab, masing-masing bab akan dibagi menjadi
sub bab, untuk lebih jelasnya akan penulis susun sistematika sebagai
berikut:
Pada bab pertama
membahas Pendahuluan, bab ini memuat tentang latar belakang masalah, focus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua membahas
tentang Kajian Teori,
yang memuat tentang tinjauan, tinjauan Pertama
Pendidikan Akhlak meliputi Pengertian Akhlak,, Macam-macam Akhlak, Pengertian
Pendidikan Akhlak,
Dasar Pendidikan Akhlak, dan Tujuan Pendidikan Akhlak. Tinjauan Kedua Pondok pesantren meliputi
Pengertian Pondok Pesantren, Dasar dan Tujuan Pondok Pesantren, fungsi pondok
pesantren dan Elemen-lemen Pondok Pesantren. dan yang terakhir berisi tentang tinjauan Pendidkan Akhlak Pondok Pesantren yang meliputi pengertian Pendidikan Akhlak pondok pesantren, Ruang Lingkup Pendidkan Akhlak
Pondok Pesantren, Ciri-ciri Pendidikan Akhlak Pondok Pesantren, Metode
Pendidikan Akhlak pondok pesantren, Macam-macam pendidikan Akhlak Keseharain
santri Pondok Pesantren.
Bab
tiga membahas tentang Pendidikan Akhlak santri di pondok pesantren
Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun dan Pondok Pesantren Tahfizul
Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan Ponorogo, yang memuat tentang profil
pondok pesantren Tarbiyatul Mutathowi’in dan Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an
Al Hasan, dan Penemuan data di lapanagan tentang Pendidikan Akhlak Santri di Ponpes Tarbiyatul
Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun, Pendidikan
Akhlak Santri di Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan
Ponorogo dan Perbedaan Pendidikan Akhlak Santri Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan.
Bab
empat berisi Pembahasan, yang memuat tentang Pendidikan Akhlak Santri di Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in Rejosari Kebonsari Madiun, Pendidikan
Akhlak Santri di Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan Patihan Wetan Babadan
Ponorogo dan Perbedaan Pendidikan Akhlak Santri Ponpes
Tarbiyatul Mutathowi’in dan Ponpes Tahfidzul Qur’an Al Hasan.
Bab lima merupakan Penutup, yang memuat tentang kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran yang bisa dianggap perlu oleh peneliti.
[3] Sugiyarto, Ribunnews.Com, Ponorogo, dalam http://www.tribunnews. com/regional /2014 /06/06 /siswa-sma- di-ponorogo- dilaporkan-polisi-karena-cabuli-temannya. (16 Maret 2015),. 3.
[4] Surya Sudarmawan, Ribunnews.Com, Ponorogo, dalam http ://www. Tribunnews .com/regiona l/2014/05/16/ video-mesum- penjaga- warung-hebohkan-pelajar-ponorogo. (16 Maret 2015),. 4.
[6] Suhailah Zainul ‘abidin
Hammad, Menuai Kasih Sayang di Tengah Keluarga, ( Jakarta Selatan :
Mustakim, 2003),. 156.
[8] Romdhoni,
Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Berbasis Pendidikan
Karakter Kebangsaan Bagi Siswa Kelas VII MTS Darussa’adah Malang, (Tesis : UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012), 39-40
[9] Muh. Ali
Ma’sum, Strategi Pengembanagan Budaya Keagamaan di sekolah, ( Tesis-
Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo, 2014),. 148
[10] Abdul Majid Khon, Keperibadian
Kesantrian Sebagai Etika dan Model Pembelajaran Kitab Ta’limun Al Muta’alim.(Jurnal: FPAI UIN Jakarta),. 3
[11] Sukron Aziz Zu’ama, “Pengaruh sholat Tahajud
terhadap akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyatul Mutathowi’in Ngujur
Rejosari Kebonsari Kab. Madiun.” (Skripsi : STAI Madiun,
12 Novemeber 2014) , : 102
[14] Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi,
Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta:
Kencana Media Group), 107-124 (Lihat
juga Donald Ary et all, (penerj. Arif Furchan). 2010, Pengantar Penelitian Pendidikan, (Yogyakarya: Pustaka Pelajar,
2010)
[15] Sugiyono,
Motode Penelitian Pendidikan :
Pendekatan Kualitatif, kuantitatif dan RD (Bandung: Alfaberata), 2005 : 309
[16] Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif:Komunikasi,
Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta:
Kencana Media Group), 107-124 (Lihat
juga Donald Ary et all, (penerj. Arif Furchan). 2010, Pengantar Penelitian Pendidikan, (Yogyakarya: Pustaka Pelajar,
2010)
[17] Matthew B
Milees.Analisis data Kualitatif, tej tjejep Rohendi Rohidi, (Jakarata :UI
Press,1992), 16.
[18] Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet ke 3, (Bandung:
Alfabeta, 2007), 270.